kelas-game.id – Kalau kamu mencari MMORPG PC yang memadukan visual modern, mekanik tempur gesit, dan ekonomi berbasis pemain, New World dari Amazon Games patut masuk wishlist. Diluncurkan secara global pada 28 September 2021, game ini mengajak kita bertualang ke Aeternum, pulau mistis berlatar abad ke-17 yang sarat misteri azoth—sumber daya magis pemutarbalik kematian. Berikut ulasan 600 kata yang SEO-optimised namun tetap lugas buat kamu.
1. Grafis & Atmosfer: Aeternum yang Hidup
Daya tarik pertama New World jelas visualnya. Berkat engine Amazon Lumberyard (turunan CryEngine), Aeternum tampil sangat detail—hutan rimbun berkabut, pantai tropis berpasir putih, hingga reruntuhan bergaya baroque yang diterangi aurora malam. Pengaturan cahaya dinamis membuat perubahan siang-malam terasa organik, sementara efek partikel azoth memperkaya ambience magis. Dengan pengaturan “Very High”, RTX 3060 mampu menjaga 60 FPS stabil pada 1080p—cukup ramah hardware menengah.
2. Gameplay: PvE dan PvP dalam Satu Paket
New World menanggalkan model tab-target klasik dan memilih aksi real-time: blok, dodge roll, lalu counter-attack. Setiap senjata—misalnya Great Axe atau Fire Staff—memiliki tiga pohon skill, mendorong eksperimen build tanpa terikat class.
- PvE: Quest utama memandu pemain menyingkap asal-usul Kematian Abadi, sedangkan ekspedisi (dungeon) seperti Amrine Excavation menawarkan mekanik puzzle ringan dan boss berlapis fase. Skalabilitas musuh via system “level scaling” kadang terasa datar, tapi update Mutated Expedition menambah tantangan endgame.
- PvP: Faksional War 50 vs 50 untuk merebut kota masih jadi magnet utama—lag minimal karena server region-based. Selain itu, mode Outpost Rush 20 vs 20 memadukan tower defense dan resource control, cocok bagi yang tak suka komitmen perang penuh.
3. Sistem Ekonomi & Crafting
Salah satu diferensiasi kuat New World ialah crafting-central economy. Semua equipment terbaik—dari Voidbent Armor sampai Legendary Musket—bisa dibuat pemain. Setiap kota punya trading post independen, memicu dinamika harga antar-wilayah. Patch “Brimstone Sands” menambah Housing Tax rework, membuat biaya tinggal lebih bersahabat. Bagi yang gemar role–play sebagai pengrajin, loop gathering → refining → crafting memberi rasa progres signifikan.
4. Progression dan Endgame
Level cap 65 (per April 2025) dicapai melalui quest, faction mission, dan aktivitas gathering. Selepas itu, Gear Score dan Expertise menjadi metrik utama. Mutator, Season Pass, dan zona elite seperti Elysian Wilds kini menyediakan konten segar tiap tiga bulan. Kelemahan: grind gypsum untuk menaikkan Expertise kadang repetitif, meski devs sudah memangkas time-gate harian.
5. Audio & Musik
Sound design imersif—dentum meriam saat Siege, desis rapier menembus armor, hingga kicau burung di Everfall—membuat Aeternum terasa hidup. Komposer Ramin Djawadi (Game of Thrones) dan Brandon Campbell menghadirkan soundtrack orkestra bercampur nuansa renaisans, pas menemani eksplorasi panjang.
6. Monetisasi
New World menggunakan model buy-to-play tanpa subscription. Cash shop terbatas pada kosmetik & transfer server, sehingga gameplay kompetitif tetap fair. Season Pass premium menawarkan kosmetik eksklusif, tapi track gratis juga memadai.
7. Kelebihan vs Kekurangan
Kelebihan | Kekurangan |
---|---|
Visual memukau & optimasi baik | Story quest awal terasa fetchy |
Sistem combat action-oriented | Variasi musuh kurang di mid-game |
Ekonomi player-driven menarik | Grinding gypsum bisa monoton |
PvP massal 50 vs 50 epik | Fitur mount masih absen (per Mei 2025) |
8. Kesimpulan: Layak Dicoba?
Dengan update rutin dan roadmap jelas, New World telah berevolusi jauh dari rilis awal yang sempat kontroversial. Jika kamu menyukai eksplorasi dunia luas, crafting mendalam, dan pertempuran skala besar, Aeternum pantas dijelajahi. Meski ada repetisi grind, visual spektakuler dan kebebasan build membuat pengalaman tetap segar. Verdict: 4/5 bintang—MMORPG buy-to-play terbaik di PC saat ini bagi penikmat aksi real-time dan ekonomi sandbox.